Sriwahyuni Rumbarar: Perempuan Papua Bergerak, Pendidikan Jadi Senjata Perubahan di Hari Pendidikan Nasional

Jayapura, 2 Mei 2025 – Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025, suara lantang datang dari timur Indonesia. Seorang aktivis perempuan muda asal Papua, Sriwahyuni Rumbarar, S.Ked, menyerukan pentingnya peran perempuan dalam membangun masa depan pendidikan yang adil dan inklusif di tanah Papua.

Ia juga berada di garda terdepan dalam mendorong perubahan terutama di sektor pendidikan dan kesehatan. Sebagai dokter muda yang sedang menjalani pendidikan profesi di RSUD Dok II Jayapura, Sriwahyuni sangat menaruh perhatian serius pada isu-isu kerakyatan.

“Perempuan Papua harus berani tampil, berjuang dan memimpin perubahan, terutama dalam hal pendidikan. Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk memutus rantai ketidakadilan struktural di tanah ini,” ujar Sriwahyuni saat dihubungi via sambungan seluler, Kamis (1/5).

Sriwahyuni bukanlah nama baru di ruang publik Papua. Ia pernah menyandang gelar Puteri Papua Berbakat tahun 2011 dan kini juga dikenal sebagai pengusaha muda Papua yang aktif membangun wirausaha lokal berbasis komunitas. Kombinasi antara intelektualitas, kepedulian sosial, dan jiwa wirausaha membuatnya menjadi sosok panutan generasi muda Papua, khususnya perempuan.

Sebagai aktivis yang juga menjabat sebagai Sekretaris Wilayah Perempuan LSM Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Papua, Sriwahyuni menyadari bahwa pendidikan adalah fondasi utama dalam memberdayakan perempuan dan anak-anak di Papua, yang selama ini menghadapi tantangan struktural seperti minimnya fasilitas pendidikan, kesenjangan akses, hingga persoalan budaya yang masih membatasi ruang gerak perempuan.

Baca Juga  Pendidikan Kunci Keberhasilan Pembangunan Ekonomi

Menurut data BPS Papua tahun 2024, angka partisipasi sekolah (APS) untuk perempuan usia 16–18 tahun di Papua masih tertinggal dibandingkan provinsi lain di Indonesia, dengan APS hanya mencapai 68,3%. Sementara itu, indeks pembangunan gender (IPG) di Papua juga masih di bawah rata-rata nasional, menunjukkan bahwa kesenjangan peran perempuan masih menjadi persoalan mendasar.

Sriwahyuni menegaskan bahwa peringatan Hardiknas bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momen reflektif yang harus mendorong komitmen bersama, khususnya dari perempuan Papua, untuk mengambil peran lebih aktif dalam dunia pendidikan—baik sebagai pelajar, pengajar, maupun penggerak perubahan sosial.

“Papua tidak kekurangan perempuan hebat, tapi mereka butuh ruang, akses, dan dukungan nyata dari semua pihak. Saya percaya ketika perempuan dididik dan diberdayakan, seluruh komunitas akan tumbuh bersama,” tambahnya.

Ia juga mengajak institusi pendidikan, pemerintah, dan masyarakat adat untuk lebih membuka ruang kolaborasi dan memperkuat ekosistem pendidikan yang sensitif terhadap isu-isu gender dan budaya lokal. “Pendidikan Papua harus dibangun dari dalam, dengan identitas dan martabat yang dijunjung tinggi,” tuturnya.

Dengan latar belakang medis, aktivisme sosial, dan dunia wirausaha, Sriwahyuni menjadi simbol harapan baru bagi generasi muda Papua terutama perempuan bahwa pendidikan bukan hanya hak, melainkan tanggung jawab kolektif untuk membentuk masa depan yang lebih adil, sehat, dan bermartabat.

Array
Related posts
Tutup
Tutup