Nabire – Suasana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Nabire berubah mencekam setelah sekelompok narapidana melarikan diri dengan cara menyerang petugas saat jam besuk, Senin (2/6) sekitar pukul 11.00 WIT. Aksi nekat ini membuat aparat keamanan harus bekerja keras memburu para pelaku yang kini masih dalam pelarian.
Insiden bermula ketika salah satu narapidana mendekati gerbang akses utama yang memisahkan area dalam dan luar lapas. Saat dihadang petugas, napi tersebut tiba-tiba mengayunkan senjata tajam hingga melukai petugas. Kekacauan itu dimanfaatkan sejumlah narapidana lain untuk melarikan diri.
Menanggapi insiden tersebut, Direktur Eksekutif Demokrasi (KoDe) Papua, Toenjes Swansen Maniagasi, S.H., angkat bicara. Ia menilai bahwa kejadian ini adalah bukti nyata dari lemahnya sistem pengawasan dan manajemen keamanan di lembaga pemasyarakatan.
“Peristiwa ini menunjukkan bahwa sistem pemasyarakatan kita sangat rentan. Diperlukan evaluasi total terhadap seluruh aspek, mulai dari manajemen lapas, pengawasan, hingga protokol keamanan saat jam kunjungan. Ini bukan hanya kelalaian biasa, tapi mencerminkan kegagalan dalam menjalankan fungsi penegakan hukum dan pembinaan,” tegasnya.
Toenjes juga menambahkan bahwa pemerintah, khususnya Kementerian Hukum dan HAM, tidak bisa terus-menerus reaktif terhadap insiden seperti ini.
“Kejadian ini harus menjadi momentum untuk melakukan perbaikan menyeluruh. Kita tidak bisa menunggu korban jiwa atau kerusuhan besar baru bergerak. Transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme harus dikedepankan dalam reformasi pemasyarakatan,” ujarnya.
Hingga saat ini, pihak berwenang masih berupaya menangkap para napi yang kabur. Pencarian dilakukan secara intensif dengan melibatkan aparat kepolisian dan petugas lapas. Belum ada keterangan resmi mengenai jumlah napi yang berhasil kabur maupun kondisi terkini dari petugas yang terluka.