Jakarta – Seorang pengacara yang seharusnya menjadi pelindung keadilan justru menjadi sorotan karena diduga menipu seorang pegawai toko roti yang sebelumnya menjadi korban penganiayaan. Insiden ini mencoreng profesi hukum dan memunculkan tuntutan agar pelaku diberi hukuman yang setimpal.
Kasus ini bermula saat korban, seorang karyawan toko roti, mengalami penganiayaan dan meminta bantuan hukum untuk mendapatkan keadilan. Namun, bukannya membantu, pengacara yang diharapkan membela korban justru memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi. Modus penipuan ini, menurut pihak berwenang, melibatkan pengambilan uang dari korban dengan dalih biaya hukum yang tak jelas.
“Kami mendesak agar pengacara ini dihukum seberat-beratnya. Tindakan seperti ini menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi hukum,” kata salah satu pengamat hukum yang mengikuti kasus tersebut.
Publik pun bereaksi keras terhadap kejadian ini. Banyak pihak yang menyerukan agar kasus ini menjadi pembelajaran dan mendorong pengawasan lebih ketat terhadap praktik-praktik tidak etis di dunia hukum. “Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu, terlebih jika pelakunya adalah orang yang mengerti hukum,” tambahnya.
Saat ini, proses hukum terhadap pengacara tersebut masih berjalan. Korban dan keluarganya berharap keadilan benar-benar ditegakkan. Di sisi lain, kejadian ini menjadi pengingat bahwa tidak semua pengacara dapat dipercaya begitu saja, dan penting untuk memilih pendamping hukum yang berintegritas.
Kasus ini kembali menegaskan pentingnya transparansi dalam praktik hukum serta perlunya tindakan tegas terhadap oknum yang menyalahgunakan profesinya. Akankah pengacara tersebut menerima hukuman yang setimpal? Semua mata kini tertuju pada proses peradilan yang sedang berlangsung.